Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Paling Stabil Di Dunia

Gubernur BI Darmin Nasution menyaksikan serah terima jabatan dari pejabat sementara Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh Achamd Fauzi pengganti Nasser Atorf yang pensiun per 1 Januari 2013 kepada pejabat baru Hari Utomo di gedung BI Jalan Balaikota Medan Jum’at (18/1) pagi tadi. ( Berita Sore/laswie )
* Gubernur BI Sertijab Kepala Perwakilan BI Sumut-Aceh
MEDAN (Berita): Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi 6,3 persen, walaupun bukan yang tertinggi, tapi pertumbuhan itu merupakan yang paling stabil di dunia.
“Tidak ada negara di dunia yang bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir berturut-turut,” kata Dr Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia (BI) ketika menyaksikan serah terima jabatan Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh di gedung BI Jalan Balaikota Medan Jum’at (18/1) pagi tadi.
Sertijab itu antara Achamd Fauzi selaku pejabat sementara pengganti Nasser Atorf yang memasuki masa purna bakti per 1 Januari 2013 kepada Hari Utomo sebelumnya Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau. Sedangkan Achmad Fauzi tetap menjabat Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh, hampir setengah bulan merangkap jabatan Kepala Perwakilan.
Hadir di sana Plt Gubsu H Gatot Pujo Nugroho, Walikota Medan Rahudman Harahap, Wakil Ketua DPRD Sumut Chaidir Ritonga, Konsul AS untuk Sumatera Kathryn Crockart, Konsul Jenderal Jepang di Medan Yuji Hamada, para pemimpin bank di Medan dan stake holder lainnya.
Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,5 persen, tahun 2013 turun sedikit jadi 6,3 persen. Kondisi ini relatif stabil dibanding negara lain seperti China dengan pertumbuhan dari 9 persen tahun 2011 menjadi 7,5 persen tahun 2012. India dari 8 persen (2011) menjadi 6 persen (2012).
Kalau inflasi menurut Darmin bisa dikendalikan dengan beberapa cara seperti lancarnya distribusi dan stok bahan pangan yang cukup serta teknis peredaran uang di pasar sesuai fungsi utama BI yang menjaga uang agar uang tidak berlebih di masyarakat.
Meski banyak pihak yang mengkhawatirkan dari angka kredit tahun 2012 yang disalurkan ke masyarakat mencapai 23 persen karena jumlah sebesar itu akan menimbulkan inflasi. Namun kondisi itu bisa dikendalikan sehingga inflasi tidak terlalu besar. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut sendiri berhasil meraih ‘Inflasi Award’ karena mampui menekan inflasi. Sisi lain, BI berfungsi tetap menjaga uang tidak berlebih di pasar.
Menurut Darmin pemerintah pusat mengeluarkan uang APBN mencapai Rp120 triliun lebih yang berpotensi memicu inflasi. BI melakukan berbagai cara seperti menarik uang di masyarakat. Kalau masuknya sudah banyak maka di keluarkan lagi ke masyarakat.
Menyinggung rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS, posisi Jum’at (18/1) di Medan Rp9.885 per dolar AS, Darmin mengatakan nilai rupiah itu anjlok karena banyaknya kebutuhan terhadap dolar AS.
Ia menyebut Pertamina dan PLN banyak membeli dolar AS ke tiga bank BUMN yakni Bank Mandiri, BNI dan BRI, paling banyak Pertamina yang mengimpor BBM menggunakan sepertiga dari kebutuhan valuta asing. Kebutuhan dolar AS di tiga bank BUMN itu masih kurang untuk memenuhi permintaan Pertamina sehingga mereka mencarinya di pasar.
Ditambah lagi swasta seperti importir yang bayar utang juga membutuhkan dolar AS. Banyaknya dolar AS ditarik dari pasar menyebabkan rupiah terus melemah hingga ke posisi Rp9.900 lebih per dolar AS.
Kini BI melakukan intervensi dengan meminta kepada tiga bank BUMN jangan mencari dolar AS di pasar, tapi minta kepada BI. Untuk itu, mereka diminta melaporkan kebutuhan dolarnya sebulan ke depan kepada BI. Sebab cadangan devisa BI sendiri saat ini cukup besar mencapai 111 miliar dolar AS. “Sekarang tiga bank BUMN itu tidak usah mencari dolar AS ke pasar, tapi datanglah ke BI,” katanya.
Menurut dia, idealnya kurs berada di kisaran Rp8.400-Rp8.600 per dolar AS. “Kita tidak ingin rupiah terlalu lemah dan juga tidak terlalu kuat. Inilah pekerjaan paling sibuk di BI yang memantau setiap menit demi menit,” katanya.
Direksi Bank Sumut
Menyinggung direksi Bank Sumut, Darmin mengatakan yang mengurusi proses itu bukan di Dewan Gubernur. “Dewan Gubernur hanya menentukan siapa yang terpilih setelah proses fit and proper test di bawahnya selesai,” ungkapnya.
Ekonomi Daerah Hadapi Tantangan Cukup Berat
Gubernur Bank Indonesia Dr Darmin Nasutionm menegaskan ke depan dinamika perekonomian di berbagai daerah masih akan menghadapi tantangan yang cukup berat.
“Ini karena luasnnya dimensi dan kompleksnya permasalahan krisis di negara maju, diperkirakan akan menyebabkan pemulihan ekonomi global berjalan cukup lama, ” katanya pada acara serah terima jabatan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut-Aceh di gedung BI Jalan Balai Kota Medan Jum’at (18/1) pagi tadi.
Sertijab itu dari Achamd Fauzie selaku pejabat sementara pengganti Nasser Atorf yang memasuki masa purna bakti per 1 Januari 2013 kepada Hari Utomo sebelum yang sebelumnya Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau. Achmad Fauzie sendiri tetap menduduki jabatan Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh yang setengah bulan merangkap jabatan pejabat sementara Kepala Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh.
Hadir di sana Plt Gubsu H Gatot Pujo Nugroho, Walikota Medan Rahudman Harahap, Wakil Ketua DPRD Sumut Chaidir Ritonga, Konsul Amerika Serikat untuk Sumatera Kathryn Crockart, Konsul Jenderal Jepang di Medan Yuji Hamada, Pembantu Rektor I Unimed Khairil Ansari, para rektor perguruan tinggi lainnya dan para pemimpin bank di daerah ini.
Darmin menyebut di tengah kondisi ekonomi global yang belum pulih, kemampuan daerah untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi akan sangat ditentukan oleh dua hal yaitu kemampuan daerah untuk menggali dan memperkuat basis-basis pertumbuhan domestik.
Lalu kemampuan dalam menggali “distinctive capabilities” yang ada di daerah ini, sebagai keunggulan komparatif dibandingkan daerah lain. “Untuk memperkuat basis-basis pertumbuhan domestik, sudah saatnya kita lebih mengedepankan alokasi anggaran untuk penyediaan infrastruktur dasar, guna memperkuat daya saing daerah,” katanya.
“Apalagi bagi Provinsi Sumut, dengan posisi yang sangat strategis di Pulau Sumatera, penyediaan infrastruktur khususya prasarana jalan untuk meningkatkan konektivitas antar daerah mutlak diperlukan. Ini akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, sehingga dapat menarik lebih besar lagi investasi di Provinsi Sumut,”
Ia minta seluruh pegawai BI Wilayah IX, bersama-sama dengan masyarakat perbankan di daerah untuk selalu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dengan bekerja secera profesional dan menjunjung tinggi integritas.
Darmin Nasution menargetkan angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada 2013 diangka 6,3 persen. Angka itu dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi di tahun 2012.
Kinerja ekonomi Sumatera Bagian Utara di 2012 lalu cukup baik, yang diperkirakan mencapai 6,2 persen, yang turut mempengaruhi kinerja perekonomian nasional. “Dalam lingkup nasional, kinerja perekonomian kita tetap kuat, meskipun di tengah kondisi ekonomi global yang masih lemah,” jelas Darmin.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang dicapai di 2012 memang lebih rendah dari perkiraan semula karena melambatnya kinerja ekspor. Ini sebagai imbas dari krisis ekonomi yang masih berlangsung di negara maju, khususnya di zona Eropa yang disertai merosotnya harga-harga komoditas.
“Saya mencatat kinerja ekspor Sumbagut terkena dampaknya. Apabila pada 2011 ekspor tumbuh 13,4 persen, maka pada 2012 diperkirakan menurun menjadi hanya 3,2 persen. Terutama karena turunnya ekspor CPO dan karet alam sebagai komoditas Wilayah Sumbagut,” katanya.
Di tengah menururnnya harga komoditas di pasar internasional, perkembangan inflasi di berbagai daerah hingga kini terkendali pada tingkat yang cukup rendah. “Saya mencatat inflasi di Provinsi Sumut pada 2012 lalu mencapai 3,86 persen. Lebih rendah dari inflasi dalam skala nasional yaitu 4,3 persen,” sebutnya.
Tentunya, koordinasi dalam menjaga stabilitas harga, baik di tingkat pusat maupun daerag memiliki andil yang penting dalam menjaga rendahnya tingkat inflasi di Sumut.
Kemudian koordinasi dalam menjaga stabilitas harga ini perlu terus diperkuat mengingat karakteristik inflasi cenderung supply side bias. Artinya sangat sensitif terhadap perkembangan sisi pasokan, terutama situasi panen, tantangan geografis, hambatan trasnportasi dan kondisi cuaca. (wie)
sumber : http://beritasore.com/2013/01/18/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-paling-stabil-di-dunia/